Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Disusun Oleh:
Nur Hayati (213-14-018)
Pendahuluan
Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad diyakini dapat terwujudnya kebutuhan manusia sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat petunjuk tentang bagaimana manusia menjalani kehidupannya. Hal tersebut sudah tercantum di dalam sumber ajarannya yaitu Al-Qur’an dan hadis. Diketahui bahwa Islam sebagai agama yang memiliki berbagai dimensi yaitu dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, dan lain-lain.
Untuk memahami berbagai dimensi ajaran Islam tersebut memerlukan berbagai pendekatan yang didapat dari disiplin ilmu. Misalnya djumpai ayat-ayat tentang proses pertumbuhan dan pekembangan anatomi tubuh manusia. Untuk menjelaskan masalah ini jelas memerlukan dukungan ilmu anatomi tubuh manusia. Selanjutnya untuk membahas ayat-ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan masalah tanaman dan tumbuhan memerlukan bantuan ilmu pertanian, sehingga antara ilmu saling berkaitan.
Berdasarkan pemasalahan tersebut makalah ini mendeskripsikan berbagai ajaran Islam dengan menggunakan berbagai pendekatan untuk menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif.
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apa definisi metodologi studi Islam?
Pendekatan apa saja digunakan dalam metodologi studi Islam?
Apa tujuan mempelajari metodologi studi Islam?
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui definisi metodologi studi Islam.
Untuk mengetahui berbagai pendekatan yang digunakan dalam metodologi studi Islam.
Untuk mengetahui tujuan mempelajari metodologi studi Islam.
Definisi Metodologi Studi Islam
Secara bahasa, metodologi studi Islam berasal dari metodologi, studi, dan Islam.
Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu method dan logos. Method berarti cara dan logos berarti ilmu. Secara bahasa, metodologi berarti ilmu tentang cara.
Studi berasal dari bahasa Inggris yaitu study, yang berarti mempelajari atau mengkaji.
Islam berasal dari bahasa Arab yaitu kata salima dan aslama. Salima mengandung arti selamat, tunduk, dan berserah. Sedangkan aslama juga mengandung arti kepatuhan, ketundukan dan berserah.
Banyak pendapat yang mendefinisikan tentang metodologi, antara lain:
Ahmad Tafsir, metodologi adalah cara yang paling cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu, dalam hal ini ilmu tentang cara studi Islam.
Abraham Kaflan, metodologi adalah pengkajian dengan penggambaran (deskripsi), penjelasan (eksplanasi), dan pembenaran (justifikasi).
Sedangkan secara terminologi atau istilah, metodologi studi Islam adalah prosedur yang ditempuh secara ilmiah, cepat, dan tepat dalam mempelajari Islam secara luas dalam berbagai aspeknya, baik dari segi sumber ajaran, pemahaman terhadap sumber maupun sejarahnya, serta berbagai alirannya.
Metode dibutuhkan dalam melakukan suatu penelitian. Ilmu yang mempelajari metode disebut dengan metodologi. Jadi, metodologi studi Islam merupakan ilmu yang mengkaji tentang metode-metode, pendekatan-pendekatan, yang digunakan dalam melakukan penelitian terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan Islam.
Pendekatan dalam Metodologi Studi Islam
- Pendekatan teologis-normatif
Pendekatan teologis dalam memahami agama menggunakan cara berpikir deduktif yaitu cara berpikir yang berawal dari keyakinan diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang berasal dari Tuhan, sudah pasti benar sehingga tidak perlu dipertanyakan lebih dahulu melainkan dimulai dari keyakinan yang selanjutnya diperkuat dengan dalil-dalil dan argumentasi.
Kelebihan pendekatan teologis normatif adalah melalui pendekatan teologis-normatif, seseorang memiliki sikap militansi dalam beragama, yaitu berpegang teguh kepada yang diyakininya sebagai yang benar tanpa memandang dan meremehkan agama lainnya. Sedangkan kekurangannya adalah bersifat eksklusif dogmatis, tidak mau mengakui agama lain dan sebagainya. Sikap eksklusifisme teologis dalam memandang perbedaan dan pluralitas agama sebagaimana tersebut merugikan diri sendiri dan yang lain, karena sikap semacam ini mempersempit bagi masuknya kebenaran baru yang bisa membuat hidup lebih lapang dan lebih kaya akan nuansa.
- Pendekatan sosiologis
Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami agama karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Misalnya kita menjumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu bangsa, dan sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kesengsaraan. Semua itu jelas baru dapat dijelaskan apabila yang memahaminya mengetahui sejarah sosial pada saat ajaran agama itu diturunkan. Bahwa ditekannya masalah muamalah (sosial) dalam Islam ialah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting.
Mengkaji fenomena keagamaan berarti mempelajari perilaku manusia dalam kehidupan beragama. Fenomena keagamaan itu sendiri adalah perwujudan sikap dan perilaku manusia yang menyangkut hal-hal yang dipandang suci, keramat yang berlasan dari suatu kegaiban. Sosiologi menyoroti dari sudut posisi manusia yang membawanya kepada perilaku itu.
Dalam kajian Islam persoalan muamalah (hubungan dengan manusia/hablum min al-nas) merupakan dimensi agama yang menekankan urusan sosial. Masalah sosial sangat penting di dalam Islam. Hal ini menjadi menarik untuk dipelajari dan dipahami.
- Pendekatan antropologis
Melalui pendekatan antropologis tersebut terlihat dengan jelas hubungan agama berbagai masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan fungsional dengan berbagai fenomena kehidupan manusia. Pendekatan antropologis seperti itu diperlukan adanya, sebab banyak hal yang dibicarakan agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan antropologis.
Dalam Al-Qur’an Al-Karim, sebagai sumber utama ajaran Islam. Misalnya kita memperoleh informasi tengang kapal Nabi Nuh di gunung Arafat, kisah Ashabul Kahfi yang dapat bertahan hidup dalam gua lebih dari 300 tahun lamanya. Dimana kira-kira bangkai kapal Nabi Nuh itu dimana kira-kira gua itu dan bagaimana pula bisa terjadi hal yang menakjubkan itu ataukah hal yang demikian merupakan kisah fiktif.
Dengan demikian, pendekatan antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan melalui bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.
- Pendekatan historis atau sejarah
Seseorang yang ingin memahami Al-Qur’an secara benar, misalnya yang bersangkutan harus mempelajari sejarah turunnya Al-Qur’an atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya Al-Qur’an yang selanjutnya disebut sebagai Ilmu Asbab al-Nuzul (ilmu tentang sebab-seba turunnya ayat Al-Qur’an) yang pada intinya berisi sejarah turunnya Ayat Al-Qur’an. Dengan ilmu asbabun nuzul ini seseorang akan dapat mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum tertentu dan ditujukan untuk memelihara syariat dari kekeliruan memahaminya. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam amalan idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan sejarah menitikberatkan pada kronologi pertumbuhan dan perkembangan. Pendekatan historis menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
Langkah-langkah pendekatan metode sejarah sebagai berikut:
Pengumpulan obyek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan tertulis dan lisan yang relevan (heuristik).
Menyingkirkan bahan-bahan yang tidak otentik (kritik atau verifikasi).
Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan yang otentik (interpretasi).
Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan kisah atau penyajian yang berarti.
Jika hukum dipelajari dengan mempergunakan pendekatan analisis sejarah, maka orang akan menjadi terbuka terhadap perubahan dan pembaharuan hukum. Orang tidak lagi akan memegang teguh pendirian bahwa hanya sesuatu aliran hukum sajalah yang paling benar dan berlaku disemua tempat dan sepanjang waktu.
- Pendekatan filosofis
Berpikir secara filosofis dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama. Dengan menggunakan pendekatan filosofis ini seseorang akan dapat memberi makna terhadap sesuatu yang dijumpainya dan dapat pula menangkap hikmah da ajaran yang terkandung didalamnya. Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengamalan agama yang bersifat formalistik atau mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti. Misalnya sudah haji tetapi hanya berhenti sampai di situ saja, mereka tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung didalamnya.
Namun demikian, pendekatan filosofis ini tidak berarti menyepelekan bentuk pengalaman agama yang bersifat formal. Filsafat mempelajari segi batin yang bersifat esoterik, sedangkan bentuk forma memfokuskan segi lahiriah yang bersifat eksoterik. Bentuk atau kulit itulah yang disebut aspek eksoterik dan agama-agama manifestasinya dalam dunia ini menjadi religious. Sedangkan kebenaran yang bersifat absolut, universal, dan metahistoris adalah religion. Pada titik religion inilah titik persamaan yang sungguh-sungguh akan dicapai.
- Pendekatan kebudayaan
- Pendekatan psikologi
Dengan ilmu ini agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya. Misalnya dapat mengetahui pengaruh dari sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya, dengan melalui ilmu jiwa. Dengan pengetahuan ini maka dapat disusun langkah-langkah baru yang lebih efisien lagi dalam menanamkan ajaran agama.
Tujuan Mempelajari Metodologi Studi Islam
Adapun tujuan mempelajari metodologi studi Islam secara umum, adalah sebagai berikut:
- Untuk mempelajari secara mendalam apa sebenarnya hakikat agama Islam.
- Studi Islam dilaksanakan atas asumsi bahwa sebenarnya agama diturunkan Allah adalah untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia dimuka bumi ini.
- Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang asli dan bagaimana penjabaran dan operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarah.
- Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap abadi dan dinamis.
- Bahwasanya pokok-pokok ajaran Islam ini sesuai dengan fitrah manusia (potensi dasar). Dari potensi fitrah inilah manusia mampu mengatur dan menyusun suatu sistem kehidupan. Dengan kata lain, pokok-pokok isi ajaran agama Islam tersebut mempunyai daya adaptasi dan berinteraksi dengan setiap sistem hidup dan lingkungan budaya yang djumpainya.
- Untuk mengupayakan cara yang tepat, cepat, dan tepat dalam mempelajari Islam.
- Usaha untuk menampilkan kembali Islam yang memiliki sejumlah khasanah dan warisan intelektual dari masa lalu sampai sekarang. Agar mampu menjawab tantangan ini, banyak bergantung kepada pemikiran dan cara berpikir umat Islam tentang agamanya, dengan pola pikir ilmiah yg islami. Hal ini membutuhkan kemampuan metodologis dalam melakukan studi Islam dalam berbagai dimensinya itu agar sesuai dengan tantangan yang dihadapi.
- Ajaran Islam sendiri menuntut untuk dipelajari dan dipahami melalui prosedur yang tepat, yaitu memahami ruang lingkup dan isinya.
- Sikap eksklusivisme di kalangan umat Islam masih dipandang wajar karena memang kebanyakan umat Islam memahami Islam secara parsial, tidak komprehensif, tidak metodologis, dan tidak sistematis. Dengan mempelajari metodologi studi Islam, diharapkan pandangan eksklusivisme atau ekstrim (radikalisme) itu bisa berubah ke arah pandangan yang bijaksana, inklusif, dan universal serta memancarkan rahmat bagi semua (rahmatan lil ‘alamin). Hal ini tentu saja dimulai dari perubahan format dalam studi Islam bagi umat Islam.
Diketahui bahwa Islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan tekhnologi, lingkungan hidup, sejarah, perdamaian, dan masih banyak lagi. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran Islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu.
Dalam kaitan itu, agama tidak cukup dipahami dari satu pendekatan saja, melainkan harus dipahami dan dianalisis dengan menggunakan berbagai pendekatan yang komprehensif, aktual, dan integral. Seseorang yang ingin memahami agama dalam hubungannya dengan berbagai masalah tersebut perlu melengkapi diri dengan ilmu-ilmu bantu seperti filsafat, sejarah, antropologi, sosiologi, dan sebagainya.
Daftar Pustaka
Abdurrahaman, Dudung , Metode Penelitian Sejarah, Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1999
Anwar, Risihon, dkk, Pengantar Studi Islam, Bandung:Pustaka Setia, 2009
Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam, Yogyakarta:Teras, 2013
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar