Ilmu, Sejarah Perkembangan dan Aliran Filsafat Ilmu
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Disusun Oleh:
Nur Hayati
213-14-018
S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kontek sejarah perlu kiranya mengetahui sejarah perkembangan ilmu dan falsafahnya. Sinergi dengan pernyataan tentang kesatuan sejarah,yang artinya bahwa pengetahuan harus mengabdi pada umat dan manusia. Disinilah perlunya kita tinjau filsafat ilmu dan sejarah perkembangannya secara integral. Dalam mempelajari sejarah perkembangan ilmu tentu saja kita tidak bisa berpaling dari asal filsafat itu sendiri yaitu Yunani, dengan pembagian klasifikasi secara periodik. Filsafat ilmu berkembang dari masa ke masa sejalan denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta realitas sosial. Di mulai dengan aliran rasionalisme-empirisme, kemudian kritisisme dan positivisme. Karena setiap periode mempunyai ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan demi penemuan yang diakukan oleh manusia hingga zaman sekarang ini tidaklah terpusat di satu tempat atau wilayah tertentu. Melainkan menyebar di berbagai daerah di dunia ini sehingga filsafat merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang menarik untuk kita kaji dan lihat bersama akan sejarah dan perkembanganya dari mulai waktu ke waktu. Dengan bekembangnya filsafat di berbagai daerah di muka bumi ini tentu menjadikan keaneka ragaman yang terjadi sehingga memunculkan aliran aliran filsafat ilmu tersebut aliran tersebut juga patut kita perdalam di anatara perbedaan perbedaan yang ada.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat kami rumuskan sebuah permasalahan yang akan di bahas
a. Apa yang dimaksud dengan ilmu dan apa tujuannya?
b. Bagaimana sejarah perkembanganya filsafat ilmu?
c. Apa saja aliran dalam filsafat ilmu?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu
Istilah Ilmu Pengetahuan merupakan suatu pleonasme, yakni pemakaian lebih daripada satu perkataan yang sama artinya. Dalam bahasa Inggris “science” (ilmu) tidak sama dengan pengetahuan. Istilah “Science” kadang-kadang diberi arti sebagai ilmu khusus yang lebih terbatas lagi, yakni sebagai pengetahuan sistematis mengenai dunia fisik atau material. Menurut cakupannya, ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan (Ilmu mengacu kepada ilmu seumumnya). Ilmu menunjuk kepada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari suatu pokok soal tertentu. Dalam pengertian ini ilmu berarti suatu ncabang ilmu khusus seperti misalnya antropologi, sosiologi, biologi, geografi. Ada lagi yang berpendapat ilmu: suatu cara yang teratur untuk memperoleh pengetahuan dari pada sebagai kumpulan teratur dari pengetahuan.
Maka, dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan tentang fakta, baik itu bersifat natural maupun sosial yang berlaku umum dan sistematis. Atau kumpulan pengetahuan yang sudah diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematis. Tujuan mempelajari ilmu adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk memecahkan masalah kita sehari-hari.
B. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu
Filsafat tidak jauh berbeda dengan ilmu-ilmu yang lain seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan manusia yang terus berkembang filsafat terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu di antaranya:
1. Pra Yunani Kuno (abad 15-7 SM)
Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenal peralatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain: alat-alat dari batu, tulang belulang dari hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-tempat penguburan, tulang belulang manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China, Timur Tengah dan Eropa.
2. Zaman Yunani kuno (abad 7-2 SM)
Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja (receptive attitude) tetapi menumbuhkan anquiring attitude (senang menyelidiki secara kritis).
3. Zaman Pertengahan (Abad 2- 14 SM)
Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para tampilnya theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah hampir semuanya para theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan pada masa ini adalah Anchila Theologia (abdi agama). Peradaban dunia Islam terutama abad 7 yaitu Zaman bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan stronomi, 8 abad sebelum Galileo Galilie dan Copernicus. Sedangkan peradaban Islam yang menaklukan Persia pada abad 8 Masehi, telah mendirikan Sekolah kedokteran dan Astronomi di Jundishapur.
4. Masa Renaissance (14-17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama, Renaissanse adalah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Tokoh-tokohnya adalah: Roger Bacon, Copernicus, Tycho Brahe, yohanes Keppler, Galilio Galilei. Yang menarik disini adalah pendapat Roger Bacon, ia berpendapat bahwa pengalaman empirik menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematik merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan. Menurut Bacon, filsafat harus dipisahkan dari theologi. Agama yang lama masih juga diterimanya. Ia berpendapat bahwa akal dapat membuktikan adanya Allah. Akan tetapi mengenai hal-hal yang lain didalam theology hanya dikenal melalui wahyu. Menurut dia kemenangan iman adalah besar, jika dogma-dogma tampak sebagai hal-hal yang tidak masuk akal sama sekali.
5. Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M)
Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani. Paham–paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, Idialisme, dengan Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting pendukung rasionalisme, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.
6. Zaman Kontemporer
Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah dalam kontek ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu pada zaman sekarang adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Yakni dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang. Yang disebabkan oleh semakin kritisnya umat manusia era sekarang yang di bantu oleh adanya alat-alat yang canggih. Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya mungkin dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dan teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan.
C. Aliran dalam Filsafat Ilmu
Berikut ini adalah beberapa aliran dalam filsafat ilmu, yaitu:
1. Matrealisme
Merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik satu. Pada abad pertama masehi faham ini tidak mendapat tanggapan yang serius, dan pada abad pertengahan orang masih menganggap asing terhadap faham ini. Baru pada zaman Aufklarung (pencerahan), materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropa Barat. Pada abad ke-19 pertengahan, aliran ini tumbuh subur di Barat disebabkan, dengan faham ini, orang-orang merasa mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam.
2. Dualisme
Adalah ajaran atau faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam hakikat materi dan hakikat rohani. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama asasi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam.
3. Empirisme
Empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan cara observas/pengindraan. Pengalaman merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan, ia merupakan sumber dari pengetahuan manusia. Berasal dari kata Yunani “empiris” yang berarti pengalaman indrawi. Karena itu, empirisme dinisbatkan kepada faham yang memilih pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia.
4. Idealisme
Idealisme berasal dari kata idea yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi. Kata idealisme pun merupakan istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. Ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme Epikuros. Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas. Atau dapat dikatakan, suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami kaitannya dengan jiwa dan ruh.
5. Rasionalisme
Faham atau aliran yang berdasar rasio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Sebagai aliran dalam filsafat yang mengutamakan rasio untuk memperoleh pengetahuan dan kebenaran, rasionalisme selalu berpendapat bahwa akal merupakan faktor fundamental dalam suatu pengetahuan.
6. Renaissance
Dalam periodesasi sejarah filsafat Barat, istilah renaissance digunakan untuk menandai masa-masa antara abad ke-13 dan akhir abad ke-15. Istilah Renaissance sendiri berasal dari bahasa Prancis yang berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya Eropa.
7. Pragmatisme
Istilah pragmatisme berasal dari kata Yunani “pragma” yang artinya perbuatan atau tindakan. “isme” di sini sama artinya dengan isme-isme yang lainnya, yaitu aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian, pragmatisme berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Kriteria kebenarannya adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil.
Dengan kata lain, suatu teori adalah benar if it works (apabila teori dapat diaplikasikan). Pada awal perkembangannya, pragmatisme lebih merupakan suatu usaha-usaha untuk menyatukan ilmu pengetahuan dan filsafat agar filsafat dapat menjadi ilmiah dan berguna bagi kehidupan praktis manusia. Sehubungan dengan usaha tersebut, pragmatisme akhrinya berkembang menjadi suatu metode untuk memecahkan berbagai perdebatan filosofis-metafisik yang tiada henti-hentinya, yang hampir mewarnai seluruhperkembangan dan perjalanan filsafat sejak zaman Yunani Kuno (Guy W. Stroh: 1968).
Daftar Pustaka
Maksum, Ali. 2011. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pandia, Wisma. 2005. Filsafat Ilmu. Salatiga: STTIP.
Sadullah, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wilardjo, Setia Budhi. Aliran-aliran Dalam Filsafat Ilmu Berkait Dengan Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Semarang.
sangat membantu ka teriamakasih
BalasHapus